Minggu, 30 November 2008

kekerasan di SMA

Jakarta - Kekerasan kembali mencoreng wajah pendidikan di Indonesia. Kali ini kekerasan terjadi di SMAN 90 Jakarta. Murid-murid kelas 1 dipaksa berkelahi melawan murid kelas 3.

Akibatnya puluhan orang mengalami luka-luka ringan. Orang tua wali siswa yang menjadi korban kekerasan pun menemui kepala sekolah. Mereka menuntut para pelaku dikeluarkan dari sekolah.

"Saya menginginkan semua orang yang terlibat dalam kasus ini dikeluarkan dari sekolah. Kita ingin memutus mata rantai premanisme di sekolah ini," ujar Joko, salah seorang wali murid yang menemui Kepala Sekolah SMU 90 Jakarta bersama 4 orang wali murid lainnya di SMA 90 Jakarta, Jl Sabar, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (1/12/2008).

Kekerasan itu bermula dari pembuatan jaket almamater yang mendatangkan masalah. Murid-murid kelas 1 berinisiatif membuat jaket almamater tanpa persetujuan murid-murid kelas 3. Jaket yang mereka buat tidak sama dengan jaket milik kakak kelas mereka. Padahal murid-murid kelas 3 menghendaki agar jaket murid-murid kelas satu disamakan dengan jaket mereka.

Karena merasa dilangkahi, pada tanggal 25 November murid-murid kelas 3 dan 2 mengumpulkan sekitar 68 murid kelas 1 di sebuah lapangan di daerah Bintaro, Jakarta Selatan. Murid-murid kelas 1 itu dipaksa berkelahi melawan murid kelas 3. Akibatnya, sekitar 34 siswa kelas 1 mengalami luka-luka ringan.

Pada tanggal 28 November, pihak sekolah menghukum murid yang terlibat aksi premanisme itu. 26 Siswa kelas 3 dan 11 siswa kelas 2 diskorsing selama 5 hari.

Namun agaknya hukuman itu dipandang terlalu ringan oleh orang tua wali murid kelas 1 yang menjadi korban. 5 Orang perwakilan wali murid menemui pihak sekolah dan meminta siswa-siswa yang terlibat dihukum lebih berat, yakni dikeluarkan dari sekolah. Mereka juga meminta para pelaku dibawa ke pihak berwajib.

Tidak ada komentar: